Beranda | Artikel
Doa Tahiyat Akhir
Selasa, 14 Mei 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Doa Tahiyat Akhir adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 9 Sya’ban 1440 H / 15 April 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Rukun-Rukun Shalat Beserta Penjelasannya

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Doa Tahiyat Akhir

Setelah Syaikh bin Baz Rahimahullah (penulis kitab ini) berbicara tentang perkara tahiyat, shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika bertasyahud, kemudian beliau mengatakan selanjutnya beristi’adzah dan berlindung diri kepada Allah ketika tasyahud akhir dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, juga dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Dan telah tertera dalam Kitab Shahih Muslim dari hadits Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أرْبَعٍ ، يقول : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Jika bertasyahud salah seorang diantara kalian maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara; ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal`” (HR. Muslim)

Pertama, yaitu berlindung diri kepada Allah dari Jahannam. Maksudnya dari neraka dan adzab neraka. Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi hambaNya dan menyelamatkan dari masuk ke dalam neraka Jahannam. Dan arti dari isti’adzah yaitu berlindung diri atau meminta perlindungan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Kedua, yaitu berlindung diri dari adzab kubur. Karena dalam kubur ada nikmat dan ada adzab. Dan adzab kubur ini adalah sesuatu yang pasti terjadi, sesuatu yang benar. Adzab kubur ini disebabkan karena kekufuran, juga bisa disebabkan karena orang berbuat maksiat. Seperti yang tertera dalam hadits:

إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَيُعَذَّبُ فِي الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُعَذَّبُ فِي الْغَيْبَةِ

“Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak menjaga kebersihan ketika kencing dan yang lain disiksa karena berbuat ghibah.” (HR. Bukhari)

Ketiga, berlindung diri dari fitnah kehidupan dan kematian. Dan kata fitnah di sini adalah kata tunggal yang diidhofahkan ke kalimat yang lain, maka mencakup semua fitnah bagi seseorang dalam kehidupannya. Dan fitnah ini jenisnya sangat banyak sekali. Yang secara umum kembali kepada fitnah syahwat dan fitnah syubhat.

Maka seorang berlindung diri kepada Allah dari segala jenis fitnah. Karena seorang manusia terancam untuk selalu terkena dengan fitnah. Dalam hadits yang shahih dari Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda:

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindung dirilah kepada Allah dari segala fitnah, yang nampak maupun yang tidak nampak.” (HR. Muslim)

Do’a ini seyogyanya bagi setiap orang untuk selalu berusaha menghafalnya. Dan seorang dituntut untuk selalu berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala fitnah dan berlindung diri dari fitnah kematian, yaitu yang dimaksud adalah ketika seseorang berada dalam sakaratul maut. Dan ini sangat berbahaya sekali. Karena fitnah kehidupan setelahnya masih ada sisa hidup yang kemungkinan seseorang bisa selamat dari fitnah tersebut. Akan tetapi fitnah ketika sakaratul maut tidak ada setelahnya kecuali kematian.  Oleh karena itu fitnah ini disebut dengan fitnatul mamat (fitnah kematian).

Keempat, yaitu meminta perlindungan kepada Allah dari fitnah Al-Masih ad-Dajjal. Dan ini adalah fitnah yang sangat berbahaya. Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan keluarnya Dajjal sebagai tanda-tanda kiamat besar dan sebentar lagi akan terjadi kiamat yang sesungguhnya. Karena keluarnya Dajjal ini terjadi di akhir zaman.

Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali ia memperingatkan kaumnya dari bahaya fitnah Dajjal. Oleh karena itu disyariatkan bagi kita untuk berlindung diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan meminta perlindungan yang terus-menerus di akhir setiap shalat kita sebelum kita mengucapkan salam dari fitnah yang sangat besar ini yaitu fitnah Dajjal.

Dajjal dinamakan Al-Masih karena mata kanannya terhapus seperti anggur. Dan dinamakan Dajjal karena perkara-perkara yang muncul darinya adalah perkara-perkara yang dusta, perkara bohong. Diantara kebohongan terbesar Dajjal adalah ia mengatakan bahwa dialah Allah. Dia mendatangkan perkara-perkara yang diluar batas kemampuan manusia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jalankan hal-hal tersebut pada diri Dajjal agar menjadi ujian bagi manusia.

Dajjal mengatakan kepada langit, “turunkanlah hujanmu” maka hujan pun turun. Dia berkata kepada bumi, “tumbuhkanlah tumbuh-tumbuhanmu” maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan. Juga ia mengatakan ke suatu negeri, “keluarkan seluruh isi perut bumi” maka isi perut bumi pun keluar.

Ini adalah perkara-perkara yang diluar batas kemampuan manusia. Perkara luar biasa yang mencengangkan. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan kepada kita agar jangan mendekat apabila Dajjal telah keluar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ

“Barang siapa yang mendengar tentang Dajjal maka hendaklah ia menjauh darinya.” (HR. Abu Dawud)

Dan permasalahan ini, yaitu agar seseorang selalu berlindung diri dari fitnah Dajjal diharapkan bagi setiap Muslim untuk selalu memperhatikan hal ini.

Kemudian Syaikh bin Baz Rahimahullah mengatakan bahwa setelah beristiadzah dari empat hal tersebut, hendaklah ia memilih do’a apa saja yang dia ingin ucapkan. Terutama do’a yang ma’tsur dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Nabi kita Alaihish Shalatu was Salam mengatakan dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu:

ثُمَّ لْيَتَخَيَّرْ بَعْدُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

“Kemudian hendaklah dia memilih do’a apa saja yang dia inginkan.” (HR. Muslim)

Karena ini adalah waktu mustajab seseorang ketika berdo’a. Dan waktunya yaitu setelah seseorang bertahiyat, kemudian mendo’akan keselamatan, dan ini semua adalah bentuk-bentuk tawassul sebelum seseorang berdo’a. Maka janganlah Anda bersegera untuk melakukan salam, akan tetapi berdo’alah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mintalah kepadaNya, karena ini adalah waktu yang banyak dilalaikan oleh manusia. Bahkan sebagian mereka ketika shalat sunnat, kita dapati mereka bertasyahud kemudian segera menyelesaikan shalatnya.

Mereka mengucapkan salam dan mengangkat kedua tangannya untuk berdo’a. Padahal ada waktu yang sangat baik untuk seorang berdo’a, yaitu dia memanjangkan tasyahudnya kemudian di akhir tasyahud dia berdo’a dengan apa saja yang dia inginkan.

Apabila seorang imam memanjangkan sedikit tasyahudnya untuk berdo’a dengan sebagian do’a-do’a yang ma’tsur dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai makmum terkadang marah bahkan ada diantara seorang imam yang mengatakan bahwasanya ada seorang makmum yang berkata kepadaNya setelah shalat, “aku membaca di belakangmu tasyahud dua kali.” Padahal siapa yang mengatakan kepadanya agar ia membaca tasyahud dua kali? Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi seorang untuk berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, meminta kebaikan dunia dan akhirat. Akan tetapi dikarenakan kebodohan, seseorang tidak mengetahui berharganya waktu ini sehingga dia mengatakan hal tersebut.

Dan yang lebih baik sebagaimana perkataan Syaikh bin Baz Rahimahullah yaitu memilih do’a apa saja yang tertera dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan telah datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam do’a-doa yang dibaca sebelum salam. Maka seyogyanya bagi seorang Muslim untuk memperhatikan hal ini karena do’a-doa tersebut adalah do’a-doa yang sangat baik yang mencakup kebaikan yang sangat besar. Dan tidak mengapa jika ada seorang yang berdo’a dengan do’a-doa yang khusus untuk dirinya sendiri yang tidak ada larangan dalam do’a tersebut. Akan tetapi jika dia berdoa dengan do’a yang ma’tsur dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentu untuk itu lebih baik dan lebih sempurna.

Maka diharapkan bagi seorang Muslim untuk berusaha menghafal do’a-doa yang diajarkan oleh Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kemudian Syaikh bin Baz Rahimahullah menyebutkan dua do’a yang dianjurkan untuk dibaca pada waktu ini. Yaitu:

Doa Setelah Tahiyat Akhir

Yang pertama,

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah bantulah aku untuk berdzikir, bersyukur dan memperbaiki ibadahku.” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini tertera dalam hadits Mu’adz dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau berkata kepadanya:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Demi Allah sesungguhnya aku sangat mencintaimu, demi Allah Sesungguhnya aku sangat mencintaimu. Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah sekali-kali meninggalkan untuk membaca di akhir shalatmu, “Allahumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik.” (HR. Abu Dawud)

Dan yang dimaksud dengan dubur sesuatu atau akhir sesuatu, bisa masuk dalam sesuatu tersebut atau setelahnya. Para ulama mengatakan apabila itu adalah do’a, maka dibaca sebelum salam dan jika dikatakan dubur shalat dari dzikir, maka yang dimaksud yaitu setelah salam.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau do’a Allahumma a’inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik (Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir, bersyukur dan memperbaiki ibadahku kepadaMu), ini adalah permintaan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar senantiasa membantunya, memberinya taufiq agar senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-nikmatNya.

Juga agar Dia selalu membantu kita untuk memperbaiki ibadah shalat ini yang sebentar lagi akan selesai. Maka kita meminta bantuan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar membantu kita berdzikir, bersyukur dan memperbaiki ibadah kita.

Juga termasuk kita memohon kepada Allah agar membantu kita melaksanakan shalat berikutnya. Dan apabila kita telah melaksanakan shalat berikutnya kita meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar membantu kita melaksanakan yang berikutnya dan begitu seterusnya.

Do’a kedua yang dianjurkan untuk dibaca sebelum salam yaitu do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah aku telah mendzalimi diriku dengan kedzaliman yang sangat banyak. Dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah, berikanlah aku ampunan dari sisiMu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Do’a ini adalah do’a yang diriwayatkan dari hadits Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata kepada Rasulullah:

يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sebuah doa yang aku panjatkan dalam shalatku. Beliau mengatakan: “Ucapkan; ALLAAHUMMA INNII ZHALAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUBUUBA ILLA ANTA FAGHFIR LII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA, WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, aku telah banyak berbuat aniaya terhadap diriku dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali engkau, maka ampunilah dosaku dengan ampunan dari sisiMu, dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampun dan Maha Pengasih)” (HR. Tirmidzi)

Abu Bakar As-Siddiq meminta kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diajarkan do’a yang ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam shalatnya juga ketika ia berada di rumahnya. Padahal dia tentu mampu untuk membuat do’a sendiri atau mengarang do’a sendiri akan tetapi yang menghalangi dia untuk melakukan hal tersebut karena ia ingin diajarkan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Apa yang beliau lakukan, yaitu meminta diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbeda dengan kebanyakan orang saat ini yang mengarang do’a dari dirinya sendiri yang dengan hal tersebut ia meninggalkan do’a-doa yang diajarkan oleh Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا

“Ya Allah, aku telah banyak berbuat aniaya terhadap diriku”

Ini adalah do’a yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Sahabat Abu Bakar, orang yang terbaik dari umat ini setelah beliau untuk membaca do’a ini. Padahal beliau Radhiyallahu ‘Anhu adalah manusia yang paling utama setelah para Nabi. Bahkan beliau bergelar Siddiqul Ummah (orang yang paling jujur dari umat ini), akan tetapi dengan berbagai keutamaannya, juga dengan ibadahnya yang sangat kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau tetap diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berdo’a ketika shalat. Tentu selain Abu Bakar yang derajatnya sangat jauh dibanding beliau lebih harus untuk membaca do’a ini.

Dan lafadz “mendzalimi diri sendiri” sebagaimana itu mencakup perbuatan maksiat, juga mencakup kelalaian, kekurangan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Do’a,

وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

“Dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”

Di sini ada peringatan bahwasanya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengampuni segala dosa. Dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali Allah.

Juga terdapat bukti keimanan seorang hamba. Makna dari nama Allah Al-Ghaffar, Yang Maha Pengampun, yang mengampuni segala dosa, tidak ada dosa yang tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Makna kalimat:

فَاغْفِرْ لِي

“maka ampunilah aku.”

Setelah seorang mengakui bahwasanya ia mempunyai kedzaliman yang sangat banyak dan mengakui bahwasanya Allah mempunyai keutamaan yang sangat besar dan hanya Allah yang mengampuni dosa, maka di sini seorang hamba meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu yang Engkau karuniakan aku ampunan tersebut dengan kemudahan dan kedermawananMu.”

Makna:

وَارْحَمْنِي

“Dan rahmatilah aku.”

Di sini ada permintaan agar kita mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dikhususkan bagi hamba-hambaNya yang beriman.

إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”

Ini adalah tawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua nama yang agung ini. Nama Al-Ghofur, di sini ada penetapan bahwasannya pengampunan adalah sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Ar-Rahim juga ada penetapan sifat Rahmat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan menutup do’a dengan dua nama yang agung ini, ada cara yang baik dalam berdo’a yaitu kita bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan di sana ada lafadz-lafadz lain yang dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk dibaca sebelum kita menyempurnakan shalat kita dan sebelum salam.

Dan juga ada do’a-doa lain yang dibaca oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebelum shalat, akan tetapi Syaikh bin Baz Rahimahullah tidak menyebutkannya karena beliau ingin meringkas kitab ini.

Beliau mengatakan, adapun ditasyahud pertama maka ia segera berdiri setelah membaca dua syahadat ketika tasyahud. Dan setelah ia mengatakan:

أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Seseorang berdiri untuk rakaat ketiga dan ini di waktu shalat dzuhur, ‘ashar, maghrib dan ‘isya. Dan apabila dia berselawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditasyahud pertama, maka ini lebih afdhol. Karena keumuman hadits dalam hal tersebut. Kemudian ia berdiri untuk rakaat ketiga setelah berselawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan shalawat ibrahimiyah, ia berdiri untuk rakaat yang ketiga.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Doa Tahiyat Akhir

Jangan lupa untuk turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, google+, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv

Pencarian: doa setelah tahiyat akhir, doa tahiyat akhir lengkap, doa tahiyat akhir arab, doa tambahan tahiyat akhir, doa sebelum salam tahiyat akhir, doa tahiyat akhir dan artinya, doa tahiyat akhir dalam sholat, doa tahiyat akhir sesuai sunnah, doa tahiyat akhir sebelum salam, bacaan doa tahiyat akhir, doa tahiyat akhir mp3, doa tahiyat akhir dan terjemahan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47128-doa-tahiyat-akhir/